Beranda | Artikel
Hadits Tentang Rukun Islam Dibangun Diatas Lima
Sabtu, 31 Agustus 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hadits Tentang Rukun Islam Dibangun Diatas Lima adalah bagian dari kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 2 Sya’ban 1440 H / 08 April 2019 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Untuk Siapa Loyalitas Seorang Mukmin?

Kajian Hadits Tentang Hadits Tentang Rukun Islam Dibangun Diatas Lima

Hadits yang ke-47:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله ﷺ: بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Dari Abdullah bin Umar -semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Islam dibangun di atas 5 syahadat Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, puasa ramadhan.

Di sini lafadznya haji  terlebih dahulu. Sementara dalam kebanyakan lafadz adalah puasa terlebih dahulu. Dan dalam riwayat tersebut, Abdullah bin Umar ditanya oleh perawi, “Bukannya puasa ramadhan dulu baru haji?” Lalu kata Ibnu Umar, “Demikian yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Berarti dalam hal ini ada dua lafal. Kebanyakan lafadz yaituitu shaum Ramadhan dulu baru haji.

Faidah Hadits Tentang Rukun Islam Dibangun Diatas Lima:

Pertama, penjelasan tentang rukun Islam dan bahwasanya rukun Islam itu ada 5; (1) syahadat Laa Ilaha Illallah. Dan ini pondasinya. Dimana tidak akan diterima Islam tanpa dua kalimat syahadat. (2) Kemudian tiangnya adalah shalat, baru kemudian yang lainnya adalah (3) membayar zakat, (4) puasa Ramadhan dan (5) haji ke Baitullah.

Kedua, hadits ini menunjukkan bahwa yang paling penting dari lima perkara ini adalah syahadat

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ

Penjelasan Rukun Islam 1 – Syahadat

Dimana ia adalah pondasi. Maka apabila pondasi itu rapuh, pasti bangunan juga akan rapuh. Makanya kekuatan bangunan itu disesuaikan dengan pondasinya. Kalau pondasinya kurang kuat, biasanya rumah pun juga akan kurang kuat. Orang yang syahadat لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ kurang kuat, maka tiangnya juga kurang kuat.

Seseorang bisa jadi mengaku muslim, dia mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi shalatnya masih belang-belang. Kenapa shalatnya masih belang-belang? Karena pondasinya rapuh. Kalau pondasinya kuat, syahadatnya betul-betul menghujam di dada dia, maka shalatnya dan tiangnya pun akan kokoh, insyaAllah.

Maka kewajiban kita adalah untuk memperbaiki dulu yang ini. Para Nabi, para Rasul, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, 10 tahun beliau berdakwah di Kota Mekah memperbaiki yang ini dulu. Syahadat لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ. Itu yang kita fokuskan.

Bukan berarti kita tidak boleh membahas tentang shalat, tentang zakat, tentang puasa, silakan. Tapi maksudnya adalah bahwa yang benar-benar kita fokuskan adalah pembahasan tentang makna dua kalimat syahadat. Hal ini supaya manusia benar-benar paham apa itu hakikat tauhid dan bagaimana itu syirik. Sebab kalau shalatnya mantab tapi syiriknya mantab juga, tidak ada manfaatnya shalat dia. Karena syarat yang paling utama untuk masuk surga adalah لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ.

Ketiga, bahwa لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ harus disertai dengan keilmuan. Hal ini kita ambil dari kata-kata “syahadat”. Syahadat artinya bersaksi. Dan seseorang jika bersaksi dengan tanpa ilmu, maka dia disebut berdusta.

Misalnya seseorang diminta menjadi saksi dalam sebuah kejadian, pertanyaannya kenapa seseorang siap menjadi saksi? Jawabnya karena orang itu menyaksikan sendiri, dia punya ilmunya. Sekarang kalau seseorang tidak menyaksikan, tidak punya ilmunya, berani atau tidak bersaksi? Tentu tidak berani. Kalaupun berani, pasti bersaksi dusta, mengada-ngada.

Berarti dari kata “syahadat” itu mengandung makna bahwa persaksian kita ketika mengucapkan Laa Ilaha Illallah harus betul-betul diatas keilmuan. Yaitu ilmu tentang لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ.

Sering saya sampaikan disini juga, bahwa Laa Ilaha Illallah itu bagaikan kunci. Dan kunci tanpa gigi tidak akan bisa membuka pintu. Dan gigi daripada kunci Laa Ilaha Illallah adalah tujuh atau delapan syarat Laa Ilaha Illallah. Syarat yang paling pertama dan paling utama adalah ilmu. Sebab dari ilmu akan tumbuh yakin. Tidak mungkin yakin dulu baru ilmu.

Seseorang menjadi yakin kalau sudah ada ilmunya. Setelah dia berilmu dan ilmunya sangat kokoh maka muncul keyakinan. Kalau sudah sangat yakin, muncul penerimaan. Kalau dia sudah menerima secara sempurna, maka akan muncul ketundukan dan kepatuhan. Keyakinan itulah yang menimbulkan keikhlasan dan kejujuran didalam keimanan. Dan itu pula yang akan memunculkan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka makna syahadat itu sebetulnya kalau kita perhatikan, kata-kata “Asyhadu (aku bersaksi)” sebetulnya menunjukkan kepada tujuh syarat tersebut. Karena orang yang bersaksi, pasti syarat utamanya adalah dia harus mempunyai ilmu dulu. Maka wajib kita pelajari apa yang diinginkan oleh kalimat Laa Ilaha Illallah, apa syarat Laa Ilaha Illallah, apa pembatal Laa Ilaha Illallah, apa rukun-rukun Laa Ilaha Illallah?

Berapa banyak orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah tapi ternyata dia melakukan pembatal-pembatal Laa Ilaha Illallah. Hal ini karena mereka tidak paham tentang yang diinginkan oleh kalimat Laa Ilaha Illallah.

Kalau di zaman Rasulullah, orang-orang Musyrikin Quraisy dengan kefasihan bahasa mereka, mereka tidak mau mengucapkan Laa Ilaha Illallah karena mereka paham apa konsekuensi ucapan Laa Ilaha Illallah, apa yang diinginkan oleh kalimat Laa Ilaha Illallah.

Konsekuensinya mereka harus tinggalkan semua ibadah-ibadah kepada selain Allah. Sementara di zaman sekarang, orang mengucapkan Laa Ilaha Illallah, bahkan kepalanya sampai berputar-putar mengucapkan Laa Ilaha Illallah, tapi dukunnya jalan terus, mistiknya kuat, juga kesyirikannya. Hal ini terjadi karena saking tidak pahamnya tentang apa yang diinginkan oleh kalimat Laa Ilaha Illallah.

Orang-orang Musyrikin Quraisy itu mempersekutukan Allah saat mereka senang saja. Adapun disaat mereka susah dan ditimpa kesusahan dan marabahaya, mereka berdo’a hanya kepada Allah saja. Allah mengatakan:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Apabila mereka berlayar di lautan lalu ditimpa gelombang besar, mereka hanya berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan do’anya kepada Allah.” (QS. Al-Ankabut[29]: 65)

Sementara dizaman sekarang banyak orang yang mengaku Islam lalu di saat dikasih marabahaya, mereka lupa sama Allah. Yang diingat justru selain Allah.

Demikian pula “Muhammad Rasulullah”, harus kita pahami apa yang diinginkan oleh kalimat “Muhammad Rasulullah”. Yang hakikatnya kita wajib memurnikan ittiba’ kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hakikatnya kita tidak boleh mendahulukan ucapan, perkataan, pendapat siapapun di atas pendapat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Wajib bagi kita untuk mengimani dan membenarkan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Walaupun yang Rasulullah kabarkan itu tidak masuk diakal.

Ketika kejadian Isra dan Mi’raj, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bercerita kepada kaum Musyrikin Quraisy, mereka tertawa terbahak-bahak. Mereka mengatakan bahwa Muhammad memang gila. Akhirnya orang-orang Islam yang lemah keimanannya murtad lagi sebagian mereka.

Akhirnya orang-orang Musyrikin Quraisy datang kepada Abu Bakar namun Abu Bakar mengatakan bahwa dia percaya melebihi hal itu. Datang dan turun kepadanya wahyu siang dan malam saja Abu Bakar percaya, apalagi itu. Ini yang diinginkan oleh kalimat syahadat لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ. Membenarkan yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semua yang Rasul kabarkan wajib diimani selama haditsnya shahih. Tidak boleh ditolak oleh akal-akal dan pendapat-pendapat kita. Tidak boleh kita tolak hanya karena mengikuti pendapat seorang ustadz, hanya karena mengikuti pendapat seorang ulama.

Penjelasan Rukun Islam 2 – Shalat

Ini adalah ibadah yang sangat agung. Allah mewajibkan semua syariat Islam melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kecuali shalat. Untuk shalat Allah memanggil langsung Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Allah wajibkan shalat kepada Rasulullah tanpa perantara. Hal ini menentukan akan keagungan ibadah shalat.

Makanya para ulama sepakat bahwa siapa yang meninggalkan shalat karena menolak kewajibannya, maka dia kafir murtad dari agama Islam. Yang menjadi perselisihan para ulama yaitu kalau ada orang yang meninggalkan shalat karena malas. Kalau karena malas, bukan karena dia menolak kewajibannya, Imam Ahmad mengatakan bahwa ini murtad dari agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

العهْدُ الَّذِي بيْنَنا وبَيْنَهُمْ الصَّلاةُ، فمنْ تَرَكَهَا فَقدْ كَفَرَ

“Batasan antara kita dengan kesyirikan dan kekafiran adalah shalat. Siapa yang meninggalkan shalat maka telah ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)

Sementara jumhur ulama mengatakan belum selama ia masih meyakini kewajiban shalat lalu ia tinggalkan karena malas. Tapi ia sudah melakukan dosa yang sangat besar disisi Allah. Dan sebagian ulama lagi berpendapat bahwa yang murtad adalah yang tidak mau shalat sama sekali. Karena hadits yang disebutkan tadi bahwa “Batasan antara kita dengan kesyirikan dan kekafiran yaitu shalat, siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah kafir”. Sementara jika seseorang masih shalat tapi terkadang shalat terkadang tidak, maka tidak disebut dia meninggalkan shalat. Disebut meninggalkan shalat itu kalau meninggalkan sama sekali tidak mau shalat. Maka yang seperti ini yang dikafirkan dan ini yang dirajihkan oleh Syaikhul Islam, Syaikh Utsaimin, Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili. Bahwa yang dikafirkan itu yang tidak mau shalat sama sekali.

Simak pada menit ke-17:32

Download MP3 Kajian Hadits Tentang Rukun Islam Dibangun Diatas Lima – Al-Jam’u Baina As-Sahihain


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47612-hadits-tentang-rukun-islam-dibangun-diatas-lima/